22 Februari 2019,

ECliST

Menikmati Air Hujan di Musim Kemarau

Seiring meningkatnya urbanisasi penduduk tiap tahunnya, maka kebutuhan akan tempat tinggal pun semakin meningkat, termasuk tempat perbelanjaan, infrastruktur, perkantoran serta fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan tersebut tidak sedikit yang menggunakan lahan terbuka seperti lapangan, kebun, sawah yang notabene daerah tersebut memiliki peran untuk membantu meresapkan air ke dalam tanah.

Sebelum pesatnya pembangunan, di daerah perkotaan khususnya, air hujan yang jatuh ke bumi akan masuk ke dalam tanah sebanyak 80% dari total volume air hujan yang turun. Sedangkan sisanya sebanyak 20% akan mengalir menuju laut. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Mayoritas volume air hujan hanya akan diteruskan untuk mengalir menuju laut.

Sebelum Urbanisasi

Saluran air di bawah tanah maupun badan air seperti sungai diperbesar  untuk dapat mangalirkan air sebanyak – banyaknya menuju laut atau dengan kata lain “membuang” sumber air tawar ke laut. Tuhan medesain skema pemberian air tawar melalui hujan sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan oleh makhluk-Nya. Tetapi yang terjadi, manusia seolah – olah menyia-nyiakan hal itu.

Ketika memasuki musim kemarau terjadi kekeringan di beberapa daerah. Daerah – daerah yang pada saat musim hujan kesulitan “membuang” air hujan akhirnya harus mengalami kekeringan bahkan sampai kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari – hari. Saat musim hujan kesulitan membuang air, saat musim kemarau mencari – cari air. Sebuah fenomena miris yang terjadi di Negara kita. Lalu bagaimana caranya memanfaatkan air hujan sehingga kita dapat menikmati air hujan di musim kemarau?

Setelah Urbanisasi

Air hujan bukan merupakan benda kotor yang kita harus merasa jijik ketika memanfaatkannya. Bukan pula media yang secara langsung dapat menyebabkan sakit pada orang yang kontak dengannya. Air hujan sebenarnya dapat kita manfaatkan untuk kebutuhan air bersih sehari – hari baik secara langsung maupun tidak langsung.

Air hujan yang tertangkap pada suatu bidang seperti atap dikumpulkan dan disimpan di dalam sebuah bak atau ruang yang kedap air. Sebagai penampungan air hujan dapat mamanfaatkan Rucika Rain Water Tank yang dibungkus dengan geomembrane. Karena Rucika Rain Water Tank didesain sebagai penampung air hujan yang dapat menahan beban hingga puluhan ton walaupun hanya terbuat dari bahan plastik yang ringan. Air hujan yang tertampung dapat langsung digunakan untuk menyiram tanaman maupun untuk flushing toilet. Ketika kita ingin mengolahnya terlebih dahulu, dengan kata lain tidak langsung digunakan, kita dapat menggunakan pengolahan sederhana seperti menggunakan system filtrasi / penyaringan. Penyaringan yang dapat digunakan untuk skala rumah tangga adalah penyaringan sederhana dengan bahan – bahan seperti menggunakan kerikil, sabut kelapa, ijuk, pasir, arang aktif dan lain – lain. Hasil akhirnya dapat kita gunakan untuk mencuci baju, peralatan makan, mandi dan sebagainya.

Menampung air hujan dan kemudian memanfaatkannya bukanlah suatu hal yang tabu, melainkan suatu hal yang positif dan sebuah indikator kemajuan juga kepedulian seseorang terhadap lingkungannya. Jadi manfaatkan air hujan anda dengan Rucika yang memberikan solusi total sistem perpipaan, melalui Rucika Rain Water Tank, air hujan pun dapat dinikmati saat musim kemarau!

Share This Post :

guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

OUR PRODUCTS

SORT BY