2 Mei 2025,

Sultan Breef Studio

AIR MAKIN LANGKA : KEHIDUPAN TERANCAM

Sekitar dua per tiga populasi global manusia di dunia atau sekitar 4 miliar jiwa mengalami kelangkaan air setidaknya selama sebulan dalam setahun 1. Peningkatan permintaan dan penurunan kuantitas serta kualitas air akibat perubahan iklim menjadi faktor penyebab kelangkaan ini.  Air merupakan kebutuhan mendasar bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, dari seluruh air yang ada di bumi, hanya sekitar 0,5% yang berupa air tawar yang dapat langsung dimanfaatkan. Jumlah yang sangat terbatas ini terus mengalami penurunan. Dalam dua dekade terakhir, data menunjukkan bahwa air permukaan dan air tanah, termasuk kelembaban tanah, salju, dan es, mengalami penurunan dengan kecepatan 1 cm per tahun 2. Tren ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang ketersediaan air bersih di masa depan dan dampaknya terhadap kehidupan manusia. 

Peningkatan permintaan air di Indonesia diproyeksikan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Meskipun Indonesia memiliki sumber daya air yang melimpah secara nasional, namun ketersediaannya tidak merata di setiap wilayah. Terdapat Kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan air terjadi terutama di wilayah padat penduduk seperti Pulau Jawa dan Bali 3, yang mengalami defisit air bersih dan kekurangan pasokan setiap tahunnya. Wilayah lain seperti Nusa Tenggara menghadapi kondisi kritis, sementara Sumatera, Sulawesi, dan Maluku berada dalam kondisi hampir kritis.

Tabel Neraca Air Indonesia Tahun 2009

Sumber : Saruso, DJoko S.A. dkk (2010)

Setiap tahun Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata. Bahkan anomali rata-rata kenaikan suhu tahun 2024 mencapai 0,8 ℃. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kekeringan. Berdasarkan evaluasi data kekeringan meteorologis tahun 2011-2019, didapatkan bahwa setiap tahun Indonesia mengalami kekeringan, namun dengan luas wilayah terdampak yang fluktuatif 4. Kekeringan ekstrim terjadi pada tahun 2015 dan tahun 2019, bahkan merupakan peristiwa dahsyat dalam sejarah kekeringan di Indonesia. Persentase wilayah terdampak pada tahun 2015 mencapai 56,48% dan 53,38% pada tahun 2019 dari total wilayah Indonesia. Meski persentase wilayah terdampak tahun 2019 mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2015, namun terjadi peningkatan persentase wilayah terdampak kekeringan dengan kategori sangat kering. Kekeringan meteorologis ini tentunya sangat berdampak pada penurunan ketersediaan air di sumber-sumber air seperti sungai, danau dan reservoir. 

Sumber: BMKG
Gambar Anomali dan suhu udara rata-rata di Indonesia

Berdasarkan data BNPB, Kabupaten Bondowoso dan Situbondo termasuk wilayah dengan tingkat kekeringan tertinggi di Indonesia. Kekeringan ini berdampak signifikan pada pengelolaan air bersih. Pada tahun 2018, BPBD dan PDAM mendistribusikan air bersih di beberapa daerah yang terdampak kekeringan. Selain itu, Pulau Lombok juga termasuk wilayah yang rentan kekeringan akibat curah hujan rendah dan durasi hujan yang pendek. BNPB mencatat sebanyak 369 desa di Pulau Lombok masuk dalam kategori kekeringan sedang, sementara 15 desa mengalami kekeringan parah, dengan total distribusi air mencapai 885.600 liter. 

Dalam beberapa dekade terakhir, curah hujan ekstrem telah meningkat di banyak wilayah dan akan berlanjut hingga abad ke-21. Di wilayah tropis yang lembab, curah hujan ekstrem diperkirakan meningkat sebesar 6,31%. Data observasi di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan tren peningkatan curah hujan ekstrem sebesar 4,5% dalam kurun waktu 50 tahun terakhir (1960-2010) dibandingkan dengan periode sebelumnya (1895-1945), terutama pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan iklim berdampak langsung pada ketersediaan air bersih dan risiko bencana hidrometeorologi di berbagai wilayah di Indonesia.

Gambar Intensitas hujan sedang (q80), hujan lebat (q95) dan hujan ekstrim (q99) dari tahun 1865-2015

Ketersediaan air baku di Indonesia sangat bergantung pada intensitas air hujan. Kondisi ini menjadikan Indonesia rentan terhadap perubahan iklim 4. Di mana perubahan iklim mempengaruhi waktu kering dan waktu basah.  Hal ini tentu menjadi ancaman karena menyebabkan kelangkaan sumber daya air khususnya kebutuhan air baku yang semakin meningkat.

Share This Post :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Lainnya

Solusi Pipa HDPE untuk Tambang: Peran Rucika Black – Spool Pipe dalam Proses Dewatering

6 Mei 2025

Table of ContentsPentingnya Sistem Perpipaan dalam Proses DewateringRucika Black – Spool Pipe: Solusi Pipa HDPE...

Atasi Udara Lembab di Rumah! Solusi Sirkulasi Udara yang Baik!

5 Mei 2025

Table of ContentsMemahami Penyebab Udara LembabCuacaAktivitas Sehari-hariKebocoranMengukur KelembabanStrategi Mengatasi Udara LembabMeningkatkan VentilasiMenggunakan DehumidifierMemperbaiki KebocoranMenggunakan Bahan...

Tren Renovasi Rumah 2025 Desain Minimalis hingga Smart Home!

24 April 2025

Table of ContentsDesain Minimalis, Kembali ke Esensi1. Material dan Tekstur Serba Alam2. Mengoptimalkan Cahaya Alami3....

OUR PRODUCTS

SORT BY