29 Agustus 2021,

ECliST

Mengatasi Banjir Dengan Kearifan Lokal

Dalam teori hidrologi dikenal dengan istilah siklus tertutup di mana dalam kurun waktu tertentu secara global sesungguhnya perputaran air adalah tetap dalam jumlah yang konstan. Bermula dari penguapan air di sungai, danau, dan lautan kemudian berubah menjadi awan lalu terjadi peristiwa presipitasi/hujan yang turun ke bumi. Di atas permukaan bumi air tersebut ada yang langsung menguap, ada yang terus mengalir menuju sungai dan bermuara di lautan lepas, dan ada juga yang masuk melalui pori-pori bumi mengisi kandungan air tanah.

Pada kondisi alami/naturalis, di mana alam memiliki kemampuan menyerap air layaknya sebuah spon, jumlah air yang masuk ke dalam bumi lebih besar atau sama dengan jumlah air yang terus mengalir menuju laut lepas. Sehingga bukan saja alam berhasil mereduksi potensi timbulnya banjir, tapi juga makin memperkaya kandungan air di dalam bumi.

Artinya, jika alam tidak mampu menyerap air hujan niscaya bencana banjir akan terus berulang disetiap tahunnya. Karena minimnya air yang meresap ke dalam bumi sehingga kandungan air tanah pun lambat laun makin berkurang. Di sini berlaku hubungan relasi yang berbanding lurus di mana makin dahsyat bencana banjir terjadi di musim hujan berarti kekeringan pun akan terjadi di musim kemarau.

Sebagai catatan dari beberapa penelitian oleh Suripin dan Kodoatie tahun 2000 diperoleh kondisi keseimbangan air Indonesia sebagai berikut: volume air di udara yang jatuh sebagai hujan adalah 3.034.420 juta m®MDSU¯3/tahun (100%) tatkala tiba di bumi terdistribusi ke dalam 3 bagian besar yaitu; 1) Aliran mantap: tertampung di waduk, sungai, danau, daerah konversi, air tanah, cekungan, dll; 758.605 juta m®MDSU¯3/tahun (25%), 2) Kebutuhan domestik dan pertanian; 103.062 juta m3/tahun (3%), dan 3) Terbuang sia-sia langsung ke laut atau menyebabkan banjir di daerah rawan banjir; 2.172.753 juta m®MDSU¯3/tahun (72%). Jadi, hanya 1/4 bagian saja dari jumlah air potensial yang kita nikmati. Selebihnya merupakan air yang tidak termanfaatkan dan terkadang menyebabkan banjir di sebagian daerah dan di kala tiada hujan kita benar-benar defisit air.

Tampaknya kita harus menggali dan mempelajari kearifan lokal bangsa ini dalam menjaga kelestarian air. Nenek moyang kita telah membuktikan bagaimana harmonisasi dengan alam yang membuat begitu bersahabat dengan mereka. Banjir merupakan fenomena gerakan air yang meluncur deras dalam jumlah besar ketika hujan turun. Gerakan air ini tidak mampu ditampung sungai, sehingga melimpah keluar menuju kawasan permukiman dan pertanian penduduk sepanjang aliran sungai/DAS (daerah aliran sungai).

Jika ada pepatah “muda menabung, tua beruntung”, dengan kita belajar dari kearifan lokal seperti yang disebutkan di atas, maka pepatah itu menjadi bermakna “di musim hujan menabung air, di musim kemarau beruntung menambang air”.

Maka, sudah sepatutnya kita berpikir untuk membangun dan menciptakan konstruksi yang mampu menahan, serta dapat meresapkan air hujan yang cocok untuk diaplikasikan di kota, daerah, kawasan industri atau rumah tinggal. Kita yakin upaya kreatif dan inovatif secara terus-menerus didukung partisipasi seluruh lapisan masyarakat niscaya akan mampu memecahkan problematika kuantitas air ini. PT Wahana Duta Jaya Rucika telah mengembangkan sistem baru untuk mengatasi hal tersebut yaitu Rucika Rainwater System, sebuah sistem pengendalian air hujan.

Rucika RainWater System sebagai resapan air hujan
Penetration : RUCIKA RAINWATER SYSTEM menyimpan air hujan sementara dalam sistem, dan akan meresapkannya kedalam tanah secara perlahan. Secara ekologis air hujan dikembalikan menjadi air tanah.
Rucika RainWater System sebagai penyimpanan air hujan
Storage : RUCIKA RAINWATER SYSTEM menyimpan air hujan dalam sistem, untuk selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan yang sesuai.

Rucika Rainwater System dapat digunakan secara terpisah atau terhubung dengan sistem lain seperti drainase atap, drainase jalan, saluran dan sistem drainase lainnya. Rucika Rainwater System dapat digunakan untuk penyimpanan air sementara, dimana struktur unit Rucika Rainwater System di bawah tanah dibungkus dengan geomembrane kedap air. Berfungsi sebagai sumur resapan, Rucika Rainwater System dapat digunakan juga sebagai alternatif pembuangan air hujan dengan meresapkan air hujan ke dalam tanah, untuk itu diperlukan pembungkus permeable geotextile. Dengan begitu Rucika Rainwater System menyediakan sebuah konsep Green dan solusi khusus untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan air hujan untuk sektor perumahan, sipil, dan infrastruktur, sehingga dapat mendukung kelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle, Refuse, Repair (5R).

JDW

Share This Post :

guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

OUR PRODUCTS

SORT BY