25 Oktober 2021,

ECliST

Perkembangan Talang Air Hujan

Talang air hujan merupakan salah satu elemen penting pada bangunan, yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju saluran kota ke rainwater collecting (pengumpul air hujan). Tetapi tahukah kamu bahwa talang air hujan sudah ada sejak zaman Mesir Kuno? 

Water Spouts pada Bangunan Mesir Kuno

Pada candi candi bangunan Mesir Kuno air hujan yang turun dari atap dialirkan melalui water spouts menuju  discharge berbentuk pahatan kepala singa yang langsung ke halaman terbuka. Discharge berbentuk kepala singa ini tidak hanya berfungsi sebagai sistem drainase, tetapi juga memiliki nilai religi yang mana hujan dianggap sebagai perwujudan dari dewa Seth dan dewa lain yang bermusuhan kemudian dikonsumsi dan disemburkan setelah dianggap tidak berbahaya oleh singa sebagai pelindung dari tempat suci tersebut. Opini lain memiliki pendapat berbeda mengenai hal ini yang menyatakan bahwa Mesir Kuno menganggap air sebagai elemen untuk pembersih dan penyuci, sehingga air hujan tidak dapat dilihat sebagai sebuah elemen yang menghancurkan. Pendapat ini tertulis pada bukti sejarah teks Pyramid (pyramid line 1652 c, utterance 600).

Gambar 1: water spout dari candi Elephantine

Talang Air atau Gargoyles pada Arsitektur Gothic

Pada arsitektur Gothic (abad 12-17 M) memiliki discharge dari talang yang disebut dengan Gargoyles. Gargoyles terbuat dari patung tanah liat dengan berbagai macam bentuk yang biasanya berbentuk seperti manusia setengah hewan, hewan-hewan yang tidak mungkin atau bahkan berupa monster yang menyeramkan. 

Gambar 2: Gargoyle di St. Petrus en Paulus, Belgia
Gambar 3: Milan Gothic Cathedral Gargoyle

Sistem Drainase Air Hujan Kuno di Candi Borobudur

Sedangkan di Indonesia kita dapat menemukan Jaladwara, yang merupakan sistem drainase air hujan kuno yang dapat ditemukan, salah satunya pada candi Borobudur. Sistem drainase ini masih digunakan hingga dilakukannya perombakan kedua pada tahun (1973-1983) sebelum akhirnya bukan menjadi sistem pengendalian air hujan yang utama karena sudah ditambah dengan pengendalian air hujan yang baru.

Gambar 4: Jaladwara pada Candi Borobudur

Pada abad ke 18, penggunaan talang dari kayu mulai bermunculan, selain itu murahnya harga cast iron dan melimpahnya jumlah tersebut membuat perubahan pada penggunaan bahan talang menjadi lebih modern. Di Inggris penggunaan talang berbahan metal dapat ditemukan pada bangunan umum dan rumah-rumah orang kaya. Untuk membentuk sebuah keindahan bentuk V pada talang mulai digunakan pada masa ini.

Gambar 5: Bentuk V pada Talang Kayu

Penggunaan talang berbahan plastik mulai dikembangkan sejak abad ke 20, tepatnya setelah perang dunia kedua. Semakin majunya teknologi berbanding lurus dengan perkembangan teknologi pada talang, Rucika Siphonic System merupakan salah satunya. Rucika Siphonic System merupakan sistem drainase air hujan yang memanfaatkan ketinggian bangunan sebagai hydraulic head untuk menciptakan efek sifon yang dapat mempercepat aliran drainase air hujan.

Gambar 6: Perbandingan Penggunaan Talang Konvensional dan Rucika Siphonic System

Berbeda dengan sistem talang konvensional biasa dimana jumlah pipa vertikal yang dibutuhkan lebih banyak dengan diameter besar dan sistem buangan hanya memanfaatkan gaya gravitasi, Rucika Siphonic memiliki lubang outlet khusus yang dapat mencegah udara masuk ke dalam pipa air buangan sehingga air jatuh dengan kecepatan tinggi melalui downpipe dan menghisap air dari atap. Penggunaan material pipa pada Rucika Siphonic System dapat lebih hemat dibandingkan dengan sistem instalasi air hujan konvensional pada umumnya.

ARI

Share This Post :

guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

OUR PRODUCTS

SORT BY